Asuhan keperawatan
Sehat Jiwa Dewasa Tengah
oleh: Feby Saskiya Putri
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah
swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan
Sehat Jiwa Dewasa Tengah.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata dari saya, saya berharap makalah tentang Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Dewasa Tengah dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Semarang,
17 Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sehat jiwa?
2. Apa yang dimaksud dengan
dewasa tengah?
3. Bagaimana ciri-ciri usia
dewasa tengah?
4. Bagaimana karakteristik usia
dewasa pertengahan?
5. Bagaimana tahap perkembangan
usia dewasa tengah?
6. Bagaimana tugas perkembangan
usia dewasa tengah?
7. Apa saja masalah yang
dihadapi pada usia dewasa tengah?
8. Bagaiman asuhan keperawatan
sehat jiwa usia dewasa pertengahan?
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEHAT JIWA
Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain (UU No 36, 2009).
Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) tahun
2001 yaitu kondisi sejahtera dimana indivdu menyadari kemampuan yang
dimilikinya, dapat mengatasi stress dalam kehidupannya, dapat bekerja secara
produktif dan mempunyai kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehat jiwa menurut Jahoda
adalah bersikap positif terhadap diri, mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai aktualisasi diri, memiliki integritas diri, otonomi, persepsi realitas
dan environmental mastery (menguasai
lingkungan). Cara memelihara kesehatan jiwa antara lain bersikap assertive, mampu solitude (menyepi), sehat fisik dan memiliki mekanisme koping (mekanisme pertahan diri) yang
adekuat.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia, mampu mengolah emosi dan menjaga diri tetap
seimbang, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sekalipun ada perbedaan.
In Mente Sano Corpus Sano
Ungkapan diatas bisa
dimengerti begini dalam jiwa yang sehat barulah terdapat tubuh sehat. Ada fakta
menunjukkan bahwa banyak yang mengalami cacat tubuh fisiknya tetapi seht
jiwanya yang berprestasi ajaib. Ini menunjukkan bahwa kesehatan jiwa itu sangat
penting dipelajari. Dalam keperawatan jiwa digunakan ilmu perilaku manusia dan
diri sendiri secara terapeutik. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan jiwa, menurut beberapa model keperawatan dimulai sejak bayi.
Model psikoanalisis dari S.
Freud mengatakan penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan masa
awal kehidupan. Fiksasi yang dialami pada salah satu fase perkembangan manusia
akan menimbulkan konflik. Konflik berkembang menjadi cemas atau stress.
Model interpersonal dai
Sulivan mengatakan perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Kecemasan
awal dialami bayi ketika merasakan kecemasan ibunya. Kecemasan dihubungkan
dengan penolakan, maka anak akan mengembangkan system diri negative.
Model sosial oleh T. Szasz
dan Caplan mengatakan perilaku yang tidak dapat diterima ditentukan oleh masyarakat
dan berhubungan dengan system sosial dan politik. Kemiskinan, pendidikan
kurang, situasi tak stabil, kurang support system merupakan pencetus.
Model eksistensi dari Rogers
dan kawan-kawan. Mejelaskan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika seseorag putus
hubungan dengan diri dan lingkungannya. Intinya, kehidupan seseorang sangat
berarti jika sepenuhnya mengalami dan menerima dirinya.
Model komunikasi oleh Berne
dan Watzlawick menyatakan penyimpangan perilaku terjadi oleh karena pesan yang
disampaikan tidak jelas diterima.
Model perilaku/behavior dikembangkan oleh H.J.Eysenck
menyatakan bahwa perilaku dipelajari, penyimpangan perilaku terjadi karena
seseoarang membiasakan perilaku tertentu dan perilaku tersebut mendapat
reinforcement terus-menerus.
Orang yang sehat jiwanya
dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok.
Bagi mereka, kehidupan ini penuh arti. Seseorang bisa dikatakan sehat jiwanya
apabila merasa nyaman terhadap dirinya, merasa nyaman berhubungan dengan orang
lain serta mampu memenuhi kebutuhan hidup dan tahu bagaimana cara menangani
tekanan (stress) yang terjadi dalam kehidupannya.
Ciri sehat jiwa menurut WHO
adalah dapat menyesuaikan diri secara konstruktif; merasakan kepuasan dari
usaha nyata; lebih puas memberi daripada menerima; hubungan antar manusia yang
saling menolong; menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang;
mengarahkan rasa bermusuhan pada penyesalan yang kreatif dan konstruktif; serta
mempunyai kasih saying.
Ada 3 aspek utama penentu
pertahanan kesehatan jiwa seseoarang masing-masing individu, interpersonal dan
sosial budaya.
1) Aspek individu, memiliki
harga diri positif, vitalitas, hidup berarti, hidup yang harmonis, identitas
yang positif dan factor-faktor biologis terpenuhi.
2) Aspek interpersonal,
komunikasi yang efektif, keintiman, menolong orang lain dan keseimbangan antara
kebergantugan dan kemandirian.
3) Aspek budaya, rasa memiliki
kelompok, support antara anggota masyarakat, cukupnya sumber-sumber pemenuhan
kebutuhan dalam masyarakat dan tidak ada tindakan kekerasan dalam masyarakat.
Ketidak harmonisan pada ketiga aspek ini merupakan faktor
predisposisi, jika ada stressor
seperti kegagalan dalam hidup, akan timbul perilaku sebagai mekanisme koping mengatasi stressor.
Masalah kesehatan jiwa tidak langsung menyebabkan kematian
(kecuali bunuh diri), namun bisa menyebabkan kerugian besar, baik secara moral
maupun material Karena penderita menjadi tidak produktif, bahkan sering kali
bergantung pada keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu masalah
kesehatan jiwa perlu dipahami, dicegah, dikenali secara dini dan ditangani
secara tepat dan segera mungkin.
Kesehatan jiwa sesungguhnya memiliki ruang lingkup yang
sangat luas, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
2. Mengatasi masalah
psikososial.
3. Mengenali dan mengobati
gangguan jiwa.
Kesehatan jiwa merupakan
fondasi utama dalam upaya membangun manusia seutuhnya. Sayangnya, masyarakat
belum paham benar akan pengertian kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa lebih diartikan
sebagai bebas dari gangguan jiwa berat (skizofrenia), padahal gangguan jiwa
lainnya seperti depresi dan kecemasan berlebihan juga sangat mempengaruhi
kehidupan individu yang bersangkutan maupun orang di sekitarnya.
Istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang
berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah
menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersamaan dengan orang dewasa lainnya. Usia dewasa adalah usia ketenangan jiwa,
ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Secara sederhana bahwa seseorang yang
dapat dikatakan dewasa ialah apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan
mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama
orang dewasa lainnya. Dalam kebudayaan orang amerika, seorang anak dipandang
belum mencapai status dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu
dalam kebudayaaan indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa
apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun. Psikolog
menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung
sampai sektitar usia 40-45 tahun.
Dewasa pertengahan adalah masa menyesuaikan diri dan
kesedaran bahwa ia bukan lagi muda dan masa depannya tidak lagi dipenuhi dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa krisis
(Craig, 1976). Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun &
berakhir sekitar 60 tahun.
Proses menjadi dewasa pertengahan adalah saat individu
mengalami perubahan pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir,
motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat
(Papalia, 2001). Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan fisik, sering
pula diiringi oleh penurunan daya ingat. Usia dewasa pertengahan merupakan
periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut
dibagi dua sub bagian, yaitu: usia pertengahan dini dari sekitar 35-50 tahun,
usia pertengahan lanjut dari 50-60 tahun. Kemudian perubahan fisik dan psikis
menjadi lebih kelihatan.
Individu yang memasuki usia
dewasa pertengahan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Fisikis : fungsi organ-organ
berjalan sempurna namun mulai mengalami gangguan-gangguan,seperti penyakit pada
saluran pencernaan dan lain-lain.
2. Fungsi motorik : memiliki
kecepatan respon yang baik,tetapi diakhir usia dewasa madya kecepatan respon
mengalami penurunan.
3. Fungsi psikomotorik : mampu
berjalan dan meloncat diakhir usia madya kemampuan kaki mulai mengalami
keterbatasan.
4. Bahasa : ketrampilan
berbahasa lebih sopan,agak bijak dan lebih dewasa.
5. Intelegensi : kemampuan berfikir
masih realistis.
6. Emosional : stabilitas emosi
sudah seimbang dan terkontrol.
7. Sosial : masa dewasa madya
awal biasanya lebih giat bermasyarakat dan lebih mengenal tetangga.
8. Moralitas dan keberagamaan :
sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik kearah religi mulai terlihat
apalagi diusia madya akhir.
Penelitian
Nowark (1977) yang dikutip dari Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan yang
berusia dewasa pertengahan menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh
negatif terhadap penampilan fisiknya. Ciri-ciri fisik dewasa tengah, yaitu:
a. Berat badan bertambah, bahu
sering kali membentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat
perut kelihatan mnonjol sehingga sesorang kelihatan lebih pendek.
b. Otot menjadi lembek dan
mengendur disekitar dagu, pada lengan bagian atas dan perutc.
c. Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi
motorik dan sensorik.
d. Gangguan pada persendian,
tungkai, lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang
jarang terjadi pada usia muda.
e. mulai terjadinya proses menua
secara gradual, maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua, seperti
tumbuhnya uban dikepala, rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang
subur, adanya kerutan-kerutan pada bagian wajah, kemampuan fungsi mata
berkurang.
f. Rambut pada pria mulai
jaranmg, menipis dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala,rambut dihidung,
telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku.
g. Rambut pada wanita semakin
tipis dan rambut diatas bibir dan dagu bertambah banyak.
h. Terjadinya
perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat mengalami Climacterium dan wanita mengalami Menopause. Climacterium dan menopause merupakan tanda berhentinya
kemampuan menghasilkan keturunan dan dapat menimbulkan penyakit Melancholia involutive (cemas dan merasa
diri tak berguna) peristiwa ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada
wanita.
Ciri-ciri fisik sindrom Menopause:
· Sistem reproduksi menurun dan
berhenti.
· Penampilan kewanitaan
menurun.
· Ketidaknyamanan fisik.
· Berat badan bertambah.
· Penonjolan pada jari.
· Perubahan kepribadian.
Ciri-ciri fisik sindrom Climacterium:
· Rusaknya fungsi organ
seksual.
· Nafsu seksual menurun.
· Penampilan pelakian menurun.
· Gelisah akan kepribadian.
· Ketidaknyamanan fisik.
· Menurunnya kekuatan dan daya
tahan tubuh.
Seperti halnya setiap periode
dalam rentang kehidupan, usia dewasa pertengahanpun diasosiakan dengan
karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda. Adapun karakteristik pada usia
dewasa pertengahan diantaranya:
1. Usia dewasa pertengahan merupakan
usia yang sangat ditakuti
Kebanyakan orang menjadi rindu kepada masa muda mereka dan
berharap dapat kembali pada masa itu.
2. Usia dewasa pertengahan
merupakan masa transisi
Pada usia dewasa pertengahan cepat atau lambat orang dewasa
harus cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan jasmani.
3. Usia dewasa pertengahan
adalah masa stress
Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang
berubah.
4. Usia dewasa pertengahan
adalah usia yang berbahaya
Usia ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami
kesusahan fisik akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan
ataupun kurang memperhatikan kehidupan.
5. Usia dewasa pertengahan
adalah usia canggung (awkward age)
Mereka secara terus menerus menjadi sorotan dan menderita
karena hal-hal yang tidak menyenangkan, dan memalukan yang disebabkan oleh ke
dua (muda tua) generasi tersebut.
6. Usia dewasa pertengahan
merupakan masa evaluasi
Saat mengevaluasi prestasi berdasarkan aspirasi mereka.
7. Usia dewasa pertengahan
dievaluasi dengan standar ganda
Aspek khusus yang perlu diperhatikan, yaitu yang pertama
aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani, yang kedua standar ganda dapat
terlihat nyata terdapat pada cara mereka menyatakan sikap terhadap usia tua.
8. Usia dewasa pertengahan
merupakan masa sepi (empety nest)
Masa ini merupakan masa ketika anak-anak tidak lama lagi
tinggal bersama orang tua.
9. Usia dewasa pertengahan
adalah masa berprestasi
Menurut Erickson, selama usia inin orang akan menjadi lebih
sukses atau sebaliknya meveka berhenti (stagnasi).
10. Usia dewasa pertengahan
merupakan masa jenuh
Pada usia ini khususnya pada umur 40-49 tahu terbukti sebagai
masa yang paling sedikit terdapat kebahagiaan.
Masa dewasa pertengahan merupakan periode transisi antara
masa dewasa muda dan masa dewasa tua. Selama usia setengah baya, banyak orang
yang telah mencapai puncak karirnya, kesadaran mereka akan siapa diri mereka
telah berkembang dengan baik, anak mereka bertumbuh, dan mereka mempunyai waktu
untuk mengejar minat lain. Tahap perkembangan masa dewasa pertengahan
diantaranya:
A. Perkembangan Fisik
Pada tahap kematangan ini,
bebrapa perubahan fisiologis mulai terjadi.
Tonus kulit dan otot menurun, metabolisme melambat, berat badan
cenderung naik, tingkat daya tahan dan energy menurun, perubahan hormonal
menyebabkan bermacam gejala, dan ketajaman pendengaran dan penglihatan mulai
berkurang. Semua perubahan fisik ini berdampak pada kemampuan mereka untuk
belajar sekaligus mempengaruhi motivasi meveka untuk belajar tentang promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan.
B. Perkembangan Kognitif
Kemampuan untuk belajar dari
sudut pandang kognitif tetap mantap
selama usia setengah baya. Bagi
kebanyakan orang dewasa, banyaknya pengalaman hidup dan catatan prestasinya
memungkinkan mereka memasuki situasi belajar-mengajar dengan penuh keyakinan
terhadap kemampuan mereka sebagai peserta didik. Namun, jika pengalamn masa
lalu meveka dengan pembelajaran sedikit atau tidak positif, motivasi meveka
untuk belajar mungkin tidak tinggi. Perubahan fisik, khususnya yang berkaitan
dengan pendengavan dan penglihatan, juga dapat mengganggu pembelajaran.
C. Perkembangan Psikososial
Erikson (1963) menyebut tahap
psikososial dimasa dewasa ini sebagai generativitas
versus self-absorption dan stagnasi.
Usia dewasa pertengahan menandai suatu titik dimana orang dewasa menyadari
bahwa mereka telah menjalani setengah kehidupannya. Dewasa pertengahan,
kenyataannya, mungkin memilih untuk memodifikasi aspek kehidupan mereka yang
mereka anggap tidak memuaskan atau menerapkan gaya hidup baru sebagai solusi
atas ketidakpuasan. Kepedulian pada kehidupan anak mereka yang sudah dewasa,
mengakui adanya perubahan fisik pada diri mereka, dan melakukan peran baru
sebagai kakek nenek, dan juga memikul tanggunjawab atas orang tua mereka yang
kesehatannya mungkin kurang, merupakan factor-faktor yang mungkin menyadarkan
mereka terhadap kemungkinan kematian mereka sendiri. Disaat ini, mereka lebih
besar untuk mengikuti anjuran kesehatan dengan lebih teliti, atau sebaliknya,
mereka mungkin menyangkal atau mengabaikan praktik-praktik kesehatan (Falvo,
1994).
Tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus
diselesaikan seseorang atau individu pada periode kehidupan atau fase atau
tahap perkembangan tertentu. Tugas perkembangan bersumber dari kematangan
fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.
Menurut Havighrust tugas
perkembangan usia dewasa pertengaha yaitu:
·
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologis.
·
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai
individu.
·
Membantu naak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia.
·
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karir pekerjaan.
·
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
dewasa.
·
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh.
Permasalahan yang terjadi
pada usia dewasa pertengahan tidak semata-mata terjadi begitu saja,
permasalahan yang terjadi pada perkembangan dan karakteristik yang terjadi pada
usia dewasa pertengahan sehingga menimbulkan suatu masalah yang harus dihadapi
oleh individu pada tahap ini.
a) Permasalahan Pada Masa Perkembangan
Fisik
Dari karakteristik perubahan
fisik terliat jelas kelemahan atau menurunnya penampilan pada usia dewasa
pertengahan ini. Hal ini banyak individu pada usia tersebut berusaha keras agar
terlihat lebih mudah, seperti melakukan bedah kosmetik, mengecat rambut,
menggunakan wig, dan mengkonsumsi jumlah besar vitamin yang diperuntukkan bagi
usia dewasa pertengahan ini, dimana hal ini mencerminkan keinginan untuk
mengendalikan proses penuaan dan merupakan permasalahan yang terjadi diusia
dewasa pertengahan.
b) Permasalahan Pada Perkembangan
Kognitif
Pada masa dewasa pertengahan
individu akan mulai mengalami permasalahan penurunan memori dimana kapasitas
memori yang sudah dipenuhi dengan memori pada masa sebelumnya, namun kemampuan
memori ini dapat terorganisir jika menggunakan pemilahan informasi yang secara
aktif dilakukan.
Pada masa ini individu
terkadang memecahkan masalah sesuai dengan keinginannya sendiri yaitu dengan
melihat pengalaman yang pernah dilakukannya, dan jika tidak sesuai dengan yang
diinginkan individu akan memikirkan lagi pemecahan masalah yang efektif.
c) Permasalahan Pada Perkembangan
Sosio-Emosi
Bagi seorang pria yang memasuki fase ini mengalami
ketidakstabilan emosi. Kadang gembira, bersemangat, kadang murung, tidak mau
diajak bicara, keadaan diseputarnya seakan tawar, sehingga mereka mengeluh
dalam banyak hal, masalah anak, pekerjaan dan lain-lain. Bagi seorang wanita
yang memasuki fase ini mengalami kecemasan dan ketakutan kehilangan suaminya,
kesepian dan kadang-kadang kemarahan. Keduanya bisa mengalami depresi, bagi
wanita yang tidak siap akan mengalami depresi yang berat ketika memasuki masa
menopause. Paling berat bagi mereka yang tidak menikah atau ibu janda yang
rentan.
Asuhan keperawatan merupakan bentuk
pelayanan keperawatan professional kepada klien dengan menggunakan metodologi proses keperawatan.
Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
(bio-psiko-sosio-kultural) dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkat
fokus.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
menggunakan proses keperawatan. Dimana proses ini ada lima tahap yang tidak
dapat terpisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap dalam proses keperawatan adalah
sebagai berikut:
b. Pendidikan kesehatan dalam
upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini, dan tindakan secara cepat
ó Karakteristik normal usia dewasa
pertengahan:
7. Produktif : mampu
menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain, mengisi waktu
luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
ó Karakteristik penyimpangan perkembangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN : TERHAMBAT
1. Intervensi Perkembangan Normal
Intervensi Generalis:
2. Intervensi
Penyimpangan Perkembangan
Intervensi Generalis:
a.
Menganjurkan individu
membuka diri, menjalin hubungan dengan orang lain.
b.
Membantu menemukan pedoman dan nilai-nilai kehidupan
serta konsep diri yang jelas.
c.
Tetap menjalin hubungan baik dengan individu yang bermasalah
(criminal, tindak asusila, narkoba) sambil
terus membimbingnya.
e.
Menganjurkan individu
mengembangkan minat, bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
BAB IV
PENUTUP
Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia, mampu mengolah
emosi dan menjaga diri tetap seimbang, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain, mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang
lain, sekalipun ada perbedaan.
Dewasa pertengahan adalah masa
menyesuaikan diri dan kesedaran bahwa ia bukan lagi muda dan masa depannya
tidak lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terhadapi,
hasilnya membawa satu masa krisis (Craig, 1976). Dewasa pertengahan merupakan
usia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun.
b. Pendidikan kesehatan dalam
upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini, dan tindakan secara cepat.
1. Untuk pembaca makalah dapat
menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia
dewasa pertengahan dan mengetahui bagaimana cara mengatasi pasien sehat jiwa
pada usia dewasa pertengahan dengan belajar melalui banyak sumber refrensi.
2. Untuk penulis dapat
mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah disusun untuk menangani
pasien sehat jiwa usia dewasa pertengahan.
3. Diharapkan institusi dapat
mengembangkan ilmu asuhan keperawatan jiwa pada usia dewasa pertengahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastable, S. B. (2002).
Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran & Pembelajaran.
Jakarta: EGC.
MA, M. (2016).
Perkembangan Jiwa Beragama Pada Masa Dewasa. Jurnal Edukasi, Volume 2,
No. 1.
S. Hamid, A. Y. (2009).
Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sianaga, M. P. (2018). Bersahabat
Dengan Anak (Panduan Praktisi Bagi Orang Tua Muslim). Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sudirjo, E., &
Alif, M. N. (2018). Pertumbuhan Dan Perkembangan Motorik. Sumedang: UPI
Sumedang Press.
Suprajitno. (2003). Asuhan
Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Thong, D. (2011). Memanusiakan
Manusia Menata Jiwa Membangun Bangsa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rochmawati, D. H.,
Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Manajemen Kasus Spesialis Jiwa
Defisit perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa Di RW 02 Dan RW 12 Kelurahan
Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. Jurnal Keperawatan Jiwa , Volume 1,
No. 2.
No comments:
Post a Comment